Pages

Selasa, 07 April 2015

God, please listen to me?!



It’s so hard to walk in this line, God
What should I do?

The time after you go, it become so hard brother
How can you leave us alone?
How can you leave us in such condition?

You know, how sad our mom is
You know how she miss you
How far we are now brother?

How could he become an egoistic people. Just stay in line, not make a move
How could he always put on fault to another? He really like a child

Brother, please make him wait patiently
Brother, please help us to solve this

Yo know? You and me, we’ve made a promise
Why he always make dizzy people?
We’ve to succumb him whereas he isn’t child anymore

Oh God, why it’s happen to me?
How long we”ve to wait again?
How long oh God?

And what are my brother doing there? I really miss him. I need him

I’m sorry God. I’m sorry
There isn’t another peacefull place except You

Astaghfirullah
Fabiayyi alaa irobbikuma tukaddzzibaan

But, I just wanna meet him and having quality time with him

O Allah, please don’t break my mom’s heart
Please make her stay deeply, walk strongly, wide patient, and move sincerely
I really dizzy if I get her crying on
And sadly

O Allah, please help us. Hug us tightly.

Haratullisan0924 @GalihHarsul

Senin, 16 Februari 2015

lumaumaju

Hari ini sudah genap 9 hari aku menerima tugas dari sekolah untuk menulis karya tulis berupa PTK untuk dilombakan di salah satu ajang kompetisi kreativitas siswa dan guru di Sidoarjo tanggal 2 Mei nanti. 

Sedikit antusias mendengar kabar lomba itu. Pengen ikut. Lhah, ketika orang-orang pada sibuk memutuskan siapa yang akan diikutkan pada lomba ini, serentak orang-orang menunjukku dan dua orang teman guru lainnya. Satu, temen guru seangkatan. Daftar gak bareng, tes bareng, ketrima bareng, masa training tiga bulan yang kalo ngobservasi kelas yang paralelnya Cuma sampek B kita pasti bareng (secara lah yang satune soale cowok:-D) hingga kita diminta untuk ngajar kelas III, seangkatan lagi, dia B dan aku di A.

Orang yang kedua, ni orang satu tahun lebih awal masuk di sekolah ini. Tegas. Agak cerewet juga menurutku. Suka cerita tentang dirinya. Tapi dia juga suka nyritain segala sesuatunya dengan detail. Dia memang tipe  yang aktif, hingga keaktifannya iku membuatku edikit minder kalo dekat-dekat dia. Mmmhh, yang bikin gak enak juga tuh kalo orang lain ngomong jarang didengerin. Maksudku, didengerin sih iya tapi gak ditanggapin, gimana ya, gitu deh pokoknya sehingga kalo ngobrol sama orangnya bawaane jadi takut-takut males gitu, atau males-males takut lah, gitu lah pokoke.. hehe
Karena emang aku gak enak kalo ngomong dengan orang yang tipe kayak gitu, sedikit jaga jarak emang, cuman yang penting-penting doang obrolan kita..

Lhah, kembali ke topik. Tadi yang masalah kartul itu, orang yang pertama menolak mentah-mentah. Dia bilang gak bisa (lha kemarin bisa lulusnya gimana kalo gak pake nulis? Ya nggak?)jadi kan kalo bilangnya seperti itu jadi meragukan ya lulus kuliahnya kemarin..

Tapi kukira sepertinya dia emang betul-betul gak mau deh, gak mau ribet dan repot dengan urusan itu. Karena mungkin bakalan nyita waktu dan lain-lain..

Mendengar jawaban itu, akhirnya kepala sekolah menunjuk dua kandidat yang tersisa, yaitu aku dan orang kedua tadi. Haduuuh, kukira kau akan bekerja secara tim. Mana bisa ya bekerja sama dengan orang bertipe seperti dia? Mesti kalah aku..hehe

Akhirnya kepala sekolah pun kembali bertanya kepada forum. “Gimana ni, siapa yang akan ditunjuk untuk mengikuti lomba ini?” kukira akan hening suasananya, tapi malah sebaliknya. Teman-teman guru saling memanggil-manggil nama kami. Aku malah semakin bingung merasa terkepung. Omoo!
Aku sembunyi muka sambil berkata pada sampingku, “Jangan aku, jangan aku!” tapi, sumpah, antara pengen dan gak mau. Pie iki??!

Akhirnya, orang kedua pun buka mulutnya. “Gini bu, menurutku, Ust ***** aja karena sesuai dengan bidang dan latar belakangnya. Kalo membuat PTK saya kurang paham. Tapi mungkin bisa saling sharing ide. Apalagi kan dulu juga dah pernah jadi pemakalah di Jakarta dulu!”

“Walah ini malah bawa-bawa masa lalu. Haduuuuh”

Gara-gara ngomong kayak gitu akhire malih pada heboh. “Iya, ada sertifikatnya juga, hebat no dah pernah jadi pemakalah gitu!”

Gak tau apa perjuangannya gimana, masih tak sebanding dengan ketua timku. Saat itu aku masih kayak bebek yang ngekor induknya kesana kemari. Tapi, alhamdulillah, jadi dapet pengalaman luar biasa bisa ikut itu. Bahkan aku kadang merasa heran kenapa Pak Guru (sebutan untuk ketua timku) memilihku untuk gabung di timnya. Hipotesisku adalah, beliau ingin membuatku lebih semangat menulis lagi, dan beginilah caranya ia mengajak adik-adiknya ke luar kota dengan ngikutin berbagai macam kompetisi. Ya meskipun saat itu bukan kompetisi yang berhadiah materi, tapi nyata bener kalo pengalaman itu memang gak bisa dibeli. Subhanallah! Alhamdulillah!

Jadi deh, gara-gara orang kedua ngomong kayak gitu juga akhire yang ditunjuk malah aku. Haduuuhhh

Apa sih yang aku takutkan? Yaitu, takut gak bisa bawa sekolah ini. Takut karna nanti aku gagal presentasi lagi kayak yang sudah-sudah, gak PD, gek nanti jadi disleksia tiba-tiba. Tiba-tiba pengen kebelet pipis trus kata yang udah tersimpan jadi mendadak buyar.. gimana dong? Tapi di satu sisi, aku memang pengen banget maju. Sekali lagi bukan karna pengen menang, soale bisa jadi kalah deh, siap-siap kalah. Tapi nek pengalaman mesti gak bakalan didapet orang-orang yang tadi menunjukku, ya kan? Okey lah! Shoot!

Tapi, plis lah Allah, give me power. Give me bright brain. Give me the easy way to reach my dream. Amiin

Minggu, 08 Juni 2014

Antara Cari Ilmu dan Penurut itu (bisa) Beda Tipis



Ngomong-ngomong masalah pengabdian, sebenernya sungguh berat kawan. Kita disuruh begini disuruh begitu. Disuruh pegang hal-hal yang bisa saja dibenci orang lain, misalnya untuk jadi ketua event. Hal-hal yang disuruh bisa jauh dari jurusan awal kita melamar.

Kenapa harus mengabdi?

Karena kata orang tua, ketika seseorang ingin melakukan sebuah pekerjaan, setidaknya dia berlatih dahulu. Jangan menyuruh anak kecil yang masih berusia 2 tahun untuk membuat kincir angin dari kertas tanpa kita ajarin dulu. Kalo kita mau ngajarin dia, pasti dia bisa menyelesaikannya. Ya ndak?

Belajar dulu baru ambil peran! Begitulah kira-kira.

Ceritanya saat ini aku sedang mengabdi di tempat keduaku. Dulu, aku pernah ngabdi di sekolah swasta di Jogja. Sangat mengasyikkan. Nano-nano. Dan harus kubuang jauh-jauh air mataku untuk menangisi kepulanganku. Harus keluar dari hiruk pikuk Jogja. Jogja terlalu istimewa. Bukankah begitu kawan?


ehhm, mungkin sekarang saatnya untuk tidak membahas tentang jogja dulu. tapi aku ingin cerita perihal pengalaman yang mungkin akan terlupakan jika tidak aku tulis di sini.

Ya, saat itu, hari Jumat, tanggal  6 Juni 2014, tepat satu bulan lebih sehari keberadaanku di sini. laptop sekolah ayahnya my A kubawa sejak minggu terakhir bulan lalu. saat itu ada tugas menjadi seorang reporter kegiatan dalam tim jurnalis sekolah. sampek pada hari ini laptop masih kubawa. rampung kerjaan mesti kuisi dengan nulis, dan tentu saja OL.

inilah anak-anakku (anak tanpa bapak dariku) :-)



1.       Arman yang pendiam, pinter, pegang dia sekitar 2 tahun sampek berhasil lulus SD. Pernah diundang untuk nggantikan bapak ibunya ke acara Doa Bersama di SD Ungaran, duduk bersama di antara ortu-ortu beruang. Terharu, sampek kupeluk dia ketika mc meminta semua siswa untuk memeluk orang tua masing-masing. Dia yang gak didatengin ortunya hanya bisa salim ke aku. Sungguh terharu. Pernah ke PH Amplaz juga diundang buka bersama keluarganya+semua guru les yang ngajar Arman dan kakaknya di bulan puasa tahun 2013
2.       Sabrina yang pintar bercerita. Hobinya membuat cerita, suka les cerita
3.       Hafidz calon arsitek. Gendut kurang perhatian terhadap akademiknya. Suka dimarahin karena gak serius belajarnya
4.       May yang tegar, pendiem, pinter, calon dosen bahasa inggris. Momen aku kecelakaan karena mau maen ke rumahnya. Tubrukan sama Ertiga
5.       Ayu yang centil dan sedikit cerewet, tapi kasihan karena suka dimarahin mamanya karena nilainya kurang memuaskan di mata ibunya. Kalo bapaknya tipe penerima. Bussiness man.
6.       Ariel yang lumayan, anak Ungara. Kupegang waktu dia masih duduk di kelas 1, sekitar tahun 2011, karir les pertama. Ibuke suka curhat padaku ketika aku mau pulang. Rumahe deket Happy Land. Tapi sayang ketika les suka digangguin sama adeknya yang masih balita dan rumahnya juga, mohon maaf kotor banget, kurang kondusif untuk belajar. Banyak tikus dan nyamuk, kalo ujan trocoh, jadinya duduk sampingan sama ember yang ditaruh di kursi sudut tempatku duduk
7.       Brian yang masih butuh perhatian. Terlambat bicara dulunya, umur 4 tahun baru bisa bicara. Kupegang saat kelas 2, masih fokus nulis karena masih rada berantakan. Daya nalarnya masih ketinggalan dengan teman-temannya. Sebenere cukup excited, tapi gara-gara bapaknya yang stranger aku jadi males nerusin karir dengannya.
8.       Zaki yang agak-agak disleksia. Kupegang pertama kali saat jaman UTS semester 1, dia belum apal abjad, angka pun belum. Akhir semester, pas rapotan aku diminta ibunya untuk dampingin belajar (desember) tapi baru aku kabulkan akhir januari, dan hasilnya luar biasa, banyak perubahan yang dia alami. Abjadnya lancar. Hitungnya pun demikian. Pas pamitan sempet tangis-tangisan. Toke a picture together, dapet tas, mug, kartu nama, pulang maghrib aku langsung cium pipi madam dan kedua kakinya. Trenyuh banget.
9.       Dila, pioner karirku di rumah. Yang pengen les pertama kali, ngrengek-ngrengek ke my A dan akhirnya tanggal ...mei baru kukabulkan, ternyata dia membawa pasukannya 5 orang! Mengharukan. Aku tidak woro-woro sama sekali, dia datang begitu saja tanpa kuminta untuk les.
10.   Olin, si cantik keturunan kompeni. Anaknya pinter dan supel. Rajin les kayak Dila. Paling cepet diajak ngobrol soal pelajaran.
11.   Andi yang cerewet. Cerewetnya super banget kencengnya kayak di gunung aja. Hehe. Tapi dia termasuk daftar yang selalu kucari kalo dia gak dateng les. Ternyata dia adeknya Yayuk temen ngajiku dulu, orang yang pernah aku cemburuin gara-gara nyapa my A di depanku pas jaman ngaji. Hahaha

insyallah akan segera menyusul daftar selanjutnya. 

by. GH

puisi

Dengan puisi....
Dengan puisi aku bernyanyi sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta berbatas cakrawala

Dengan puisi aku mengenang keabadian yang akan datang
Dengan puisi aku menangis jarum waktu bila kejar mengiri

Dengan puisi aku memutih nafas jalan yang busuk
Dengan puisi aku berdoa perkenankanlah kiranya
Aduuh hari gini kok masih sempet-sempetnya ngomongin cinta?
Tapi cinta khan nggak kenal perang, nggak kenal panas, nggak kenal hujan,
nggak kenal badai, apalagi cuma badai reformasi!
Puisi cinta di sini banyak sekali bentuknya, cinta kepada Allah, cinta kepada orangtua,
cinta kepada adik-kakak, cinta kepada kekasih, cinta kepada negeri,
pokoknya segala macem cinta yang pernah kita rasain deh... !!
Nah, buat siapa aja yang seneng nulis puisi cinta, dan pengen ikutan nyumbang
di halaman ini, kamu kirim aja ke emailku, puisinya terserah mau diambil
dari mana, asal ditulis jelas pengarangnya siapa, syukur-syukur kalau ngarang
sendiri, wah... lebih berarti tuh biasanya...!!

arti sebuah persahabatan

Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri.

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah.
Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya…
Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya.
Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur - disakiti, diperhatikan - dikecewakan, didengar - diabaikan, dibantu - ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.
Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.

Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis. Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.

Ingatlah kapan terakhir kali kamu berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping kamu ?? Siapa yang mengasihi kamu saat kamu merasa tidak dicintai ?? Siapa yang ingin bersama kamu saat kamu tak bisa memberikan apa-apa ??

MEREKALAH SAHABATMU
Hargai dan peliharalah selalu persahabatanmu



sahabat,,,,,,,,

unik walau tak terlihat cantik,
mereka mempunyai hati yang besar untuk menampung keberanian, tawa, duka, dan kasih sayang.
bukti nyata sahabat sejati memang ada,,,,,,,,,


seseorang yang istimewa bukan yang selalu di depan mata dan bukan juga yang senantiasa di sisi, tapi dia yang setia di hati dan mengingat kita dalam setiap bisikan doanya.

real friendship