aku makin iri ketika membaca tulisan orang-orang (baca:penulis) yang mempromosikan gerakan menulis di berbagai media. mereka dengan gampangnya mengatakan bahwa menulis itu mudah, bahkan semudah berbicara. menulis itu gak perlu memikirkan latar belakang pendidikannya, yang jelas harus busa menulis dan membaca, itu saja. kurasa, semua orang di dunia ini sudah lulus kriteria itu, bahkan anak TK pun juga (yang dah pinter tentunya).
mereka juga ngomong bila nulis itu melegakan, membahagiakan dan mendewasakan. melegakan bagaimana? kaupikir segampang itu? iya lah, lea karena sama artinya kita sedekah. kita bisa memberikan ilmu yang kita miliki kepada orang lain. tanpa harus tatap muka dan menyeleksi mereka layaknya guru di sekolah. kalo udah di sekolah, dan seorang guru sudah diamanahi 1 kelas tentunya akan tidak etis jika mengajar kelas lain dengan meninggalkan kelas sendiri tanpa ada ijin lisan atau tertulis. bisa seenaknya saja ngajarin orang. bukan. bukan itu! tetapi, lega karena kita sudah tahu karena berilmu dan kita dibelkali kemampuan untuk membagikan ilmu itu kepada orang lain. tentu saja kita jadi tidak ada beban karena kita berikan semua itu dengan niat ikhlas. cuma, bagaimana kita bisa mengelolanya supaya ilmu yang kita sampaikan itu bisa masuk dalam otak orang lain, bukan cuma masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. kalau orang lain bisa karena kita, tentu itu sangat melegakan karena orang itu tidak akan merepotkan kita nanti kelak. ada pepatah cina yang mengatakan (kalau tidak salah: berarti bener dong!hehe) "jangan memberikan ikan itu kepada anakmu, tapi berikanlah cara bagaimana menangkap ikan itu!". intinya, kita janganlah selalu di bawah orang lain, ngawulo kepada orang lain selamanya, seperti kepada anak kecil yang dimanja, tapi ajari mereka untuk melakukan apa yang ia inginkan, supaya mereka dapat belajar prosesnya, merasakan pahit dan manisnya, asam dan garamnya. begitulah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar